Archive for the ‘Uncategorized’ Category

Posted: September 9, 2010 in Uncategorized

Teriaklantangkan takbir hingga pagi. Peduli setan tetangga di sebelah mengaduh karena sakit gigi. Terus saja jejali mereka dengan pekaknya kalimat suci. Karena malam ini kalian merayakan kemenangan. Menang dari apapun dan siapapun!!!

Bahaya Senyum Palsu Bagi Pemudik

Posted: September 9, 2010 in Uncategorized

Seharusnya para kapster salon yang ahli dalam relaksasi wajah juga turut disiagakan di setiap pos pengamanan di sejumlah titik rawan sepanjang jalur mudik (khususnya pada saat arus balik). Sebab, stres akibat terlalu lama menahan bibir terus tersungging demi senyum palsu -karena banyaknya tamu di kampung halaman yang berdatangan hanya mengatasnamakan pentingnya menjaga silaturahmi- lebih fatal dampaknya daripada sekadar kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh. Waspadalah, waspadalah!

Setiap memasuki bulan Ramadhan, para ustaz selalu memompa semangat jamaahnya untuk meningkatkan amal sedekah. Di sisi lain, pemerintah gencar mengimbau masyarakat untuk tidak memberikan sedekah kepada pengemis. Pasalnya, keberadaan pengemis disinyalir dikoordinasi preman. Selain itu, larangan memberikan sedekah kepada pengemis juga karena penghasilan mereka melebihi upah minimum kota.

Menurut Iman (Kepala Dinas Sosial Kota Bekasi), penghasilan pengemis dan anak jalanan (anjal) dalam satu bulan melebihi upah minimum kota (UMK) Kota Bekasi yang hanya sekitar Rp 1.155.000. “Selama Ramadhan, pengemis dan anak jalanan mampu mendapatkan Rp 30.000-50.000 per hari” katanya. (dikutip dari Sindo, 17 Agustus 2010).

Jujur, rasa geram seketika muncul setelah membaca berita berjudul “Dilarang Bersedekah ke Pengemis” yang cukup pendek dan letaknya nyempil di sudut bawah halaman Megapolitan itu. Kenapa harus orang kecil yang selalu menjadi korban?

Kalau memang dikoordinasi preman, kenapa Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi tidak mendesak kepolisian agar menangkap para preman yang mendalangi bisnis pengemis dan anjal ini? Langkah ini jelas lebih efektif mencegah praktek eksploitasi kaum miskin daripada sekadar mengimbau masyarakat agar jangan menyedekahi mereka.

Selama ini aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) hanya disibukkan dengan razia pekat (penyakit masyarakat). Seperti yang biasa kita lihat di layar kaca, petugas dengan tangkas menangkapi pengemis, gelandangan, pengamen, anjal, pekerja seks komersil (PSK), dan waria yang tersebar di perempatan lampu merah, emper pertokoan, dan tempat-tempat umum (halte, terminal, stasiun, taman kota).

Namun apalah artinya. Meski berkali-kali ditangkap dan dibawa ke kantor Dinas Sosial untuk mendengarkan pengarahan, para “penyakit masyarakat” ini (sungguh istilah yang kejam menurutku) sudah kebal. Sebab, yang ada di kepala mereka hanyalah bagaimana cara bertahan hidup dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Mereka sudah siap menghadapi segala resiko, seperti kembali tertangkap razia, daripada mati kelaparan tanpa ada yang peduli.

Kenapa polisi tidak menangkap preman yang diduga kuat melatarbelakangi bisnis haram itu? Beringin tidak akan tumbang jika hanya dicabuti daunnya. Kalau kepolisian tidak merespon dugaan koordinasi preman di belakang bisnis pengemis dan anjal, pemkot Bekasi juga harus berani menyatakan dugaan adanya “koordinasi” antara preman dan kepolisian.

Selain disinyalir didalangi preman, larangan menyedekahi pengemis dan anjal karena penghasilan mereka melebihi UMK. Kenapa Pemkot Bekasi harus iri melihat mereka meraup penghasilan tinggi? Apakah salah jika pengemis dan anjal itu terpaksa berjuang sendiri setelah lelah menunggu realisasi program pengentasan kemiskinan yang menyeluruh dan merata dari pemerintah. Toh, setiap kali pemerintah membagikan bantuan dalam berbagai macam kegiatan, mereka juga tidak terjamah karena tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP).

Atau mungkin Pemkot Bekasi khawatir jika nantinya para buruh pabrik, pelayan toko, dan semua tenaga kerja rendahan lain memutuskan alih profesi menjadi pengemis? Jika benar, berarti sudah waktunya pemerintah mempertimbangkan tuntutan buruh yang setiap tahun menyuarakan kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) dalam aksi demonstrasi memperingati hari Buruh Sedunia. Mengutip kalimat Gusdur, “Gitu aja kok repot!”

Dua berita besar yang akhir-akhir ini menghiasi halaman depan beberapa surat kabar membuat saya merasa bangga sekaligus sanksi terhadap para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di satu sisi mereka tampak heroik mengobarkan kebencian kepada Malaysia yang dianggap telah berkali-kali merendahkan kedaulatan NKRI. Di sisi lain, mereka juga begitu keras menolak memberikan kewenangan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menerima laporan hasil analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Demi menjaga nama baik Indonesia di mata Internasional adalah benang merah yang dapat saya tarik dari kedua berita tersebut. Tuntutan DPR kepada pemerintah agar mendesak Malaysia meminta maaf jelas menunjukkan sikap patriotik mereka sebagai wakil rakyat. Namun sayangnya, para politikus Senayan itu juga menghalangi upaya KPK mengentaskan Indonesia dari predikat salah satu negara paling korup di dunia.

Sebagaimana kita ketahui, beberapa fraksi di DPR tegas menolak salah satu pasal dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Pencucian Uang yang intinya akan melegalkan KPK untuk menyidik kasus pidana pencucian uang. Sebelumnya, kewenangan tersebut hanya ada pada kepolisian dan kejaksaan. Padahal jelas-jelas terbukti, kedua aparat penegak hukum itu kurang maksimal menuntaskan kasus korupsi. Salah satu kasus yang masih hangat dibenak kita seperti rekening gendut sejumlah perwira polisi. Sudah sejauh mana pengusutannya?

Jadi, kenapa harus menghalangi upaya KPK untuk mengusut kasus korupsi jika DPR benar-benar berniat menjaga harkat dan martabat NKRI? Bukankah keterpurukan bangsa ini lebih dikarenakan banyaknya tikus-tikus berdasi yang menggerogoti uang rakyat? Menurut saya, koruptor jauh lebih berbahaya jika dibandingkan dengan Polisi Diraja Malaysia. Namun faktanya, para wakil rakyat di Senayan justru lebih berapi memprovokasi masyarakat untuk memusuhi Malaysia daripada mengobarkan semangat memberantas korupsi.

Bisa dilihat akibatnya. Pemerintah Malaysia berang melihat aksi demonstrasi anti Malaysia yang jauh melampaui batas kewajaran. Pembakaran bendera Malaysia dan pelemparan kotoran manusia di Kantor kedutaan Besar Malaysia di Jakarta beberapa waktu lalu membuat pihak Malaysia mengeluarkan imbauan kepada warganya agar menunda rencana kunjungan ke Indonesia (travel advisory). Siapa yang rugi? Apakah pemerintah Indonesia bisa membalas dengan tindakan serupa?

Padahal kita tahu, jutaan warga Indonesia rela menjadi budak di Malaysia karena minimnya lapangan pekerjaan di kampung halaman. Sementara devisa Indonesia berkurang karena wisatawan dari Malaysia membatalkan rencananya mengunjungi Indonesia, tidak menutup kemungkinan para pejabat kita masih asik melenggang dan menghamburkan uang di Malaysia untuk berlibur bersama keluarganya.

Bukan bermaksud menggurui, marilah kita berpikir lebih bijak lagi tanpa melibatkan emosi. Biarlah masalah perbatasan maritim dengan Malaysia diselesaikan melalui jalur diplomatik. Konfrontasi bukanlah satu-satunya jalan keluar. Sebab, jika perang sungguh terjadi, berapa banyak korban dan biaya yang dipertaruhkan hanya sekadar demi gengsi? Amerika yang dikenal sebagai negara kaya dan adi kuasa pun sempat kolaps karena besarnya anggaran yang dikeluarkan untuk invasi ke Irak.

Sederhananya, daripada berhutang untuk beli amunisi, mending untuk menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat lapisan paling bawah seputar tata cara pemakaian elpiji yang aman dan benar. Di sini justru timbul lagi satu pertanyaan. Apakah dibesar-besarkannya peristiwa penangkapan tiga petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia oleh Polisi Diraja Malaysia saat menggiring kapal nelayan Malaysia yang diduga mencuri ikan di perairan Tanjung Berakit Indonesia pada 13 Agustus itu sengaja untuk mengalihkan gencarnya berita pengusutan beberapa kasus korupsi dan kabar terus bertambahnya korban ledakan gas elpiji?

Kulonprogo – Pemasangan tiang listrik untuk penerangan jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) dikeluhkan Warga Bumirejo Lendah. Pasalnya, PT. AT rekanan PLN belum meminta ijin kepada warga terkait penggunaan lahan milik mereka untuk pemasangan tiang listrik tersebut.

“Kami sebenarnya tidak keberatan jika rekanan PLN itu meminta ijin dan bermusyawarah terlebih dahulu dengan warga saat hendak memasang tiang listrik penerangan jaringan SUTET. Jangan asal main pasang di halaman dan sawah milik warga” ujar warga Dusun Kalangan Bumirejo Lendah, Supadyo, Kamis (26/8).

Pemasangan tiang listik tanpa ijin itu dikeluhkan oleh warga di enam dusun di  Desa Bumirejo, yaitu  Dusun Kalangan, Ngipik, Gegunung, Panggang, Negolan, dan Pereng. Untuk itu, warga sepakat membuat surat pernyataan yang intinya merasa keberatan atas pemasangan tiang listrik sebelum pemangku kepentingan seperti PLN,  PT  AT,  pemerintah Kecamatan Lendah, pemerintah Desa Bumirejo, Polsek Lendah, dan warga membahas masalah itu.

“Semua pemangku kepentingan sebaiknya terlebih dahulu berkumpul untuk membahas masalah ini bersama-sama, soal masyarakat meminta ganti rugi dan besaran ganti rugi urusan belakang  yang penting duduk bersama-sama dengan warga,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dusun Kalangan Sri Widyastuti menyerahkan keputusan pemasangan tiang listrik itu sepenuhnya kepada warga merasa telah dirugikan. “Kami serahkan semuanya kepada warga. Tetapi kalau bisa dimusyawarahka,” katanya.

Sri menambahkan, pemasangan lampu di jaringan SUTET itu bermanfaat untuk menghindarkan gangguan terhadap jalur penerbangan di wilayah Yogyakarta. Meski demikian, pemasangan tiang listrik tersebut harus sesuai etika karena ditanam di halaman maupun sawah warga.

“Saya tidak pernah diberitahu PLN dan  PT AT untuk pemasangan tiang listrik penerangan jaringan SUTET. Pihak terkait seharusnya memusyawarahkan hal ini agar semua berjalan baik, tanpa ada salah satu pihak yang merasa dirugikan,” katanya. (leo)

http://www.indowebster.com/CROSSROADS_1986__1.html

8 Mile (2002)

Posted: August 13, 2010 in Uncategorized


download gratis di:

http://www.indowebster.com/8Mile2002BRRip350MB.html

Some Like It Hot (1959)

Posted: August 12, 2010 in Uncategorized

video : http://www.indowebster.com/some_like_it_hot.html
subtitle (eng) : http://www.indowebster.com/Some_Like_It_Hot__1.html

Love Me Tender (1956)

Posted: August 12, 2010 in Uncategorized

Love Me Tender. The story concerns three brothers–Egan, William Campbell and James Drury–who steal a Union payroll on behalf of the Confederacy, only to discover that the war is over and that they’re now technically outlaws. Rather than return the money, the brothers divvy it up amongst themselves. Upon returning home, Egan discovers that his sweetheart (Debra Paget) has married Elvis, his youngest brother. Since Love Me Tender has been played incessantly on TV since the early 1960s, it is giving away nothing to reveal that the film is one of two in which Elvis Presley’s character dies at the end. Naturally, Elvis is afforded plenty of opportunities to sing: the scene in which he launches into an anachronistic hip-swivelling performance at a county fair is one of the high points of mid-1950s kitsch. ~ Hal Erickson, All Movie Guide

free download:

http://www.indowebster.com/Love_Me_Tenderavi.html

All President’s Men [1976]

Posted: August 12, 2010 in Uncategorized

All President’s Men. Film yang dibintangi Robert Radford dan Dustin Hoffman ini mengisahkan tentang skandal watergate yang melibatkan Mantan Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon. Film ini berdasarkan kisah nyata dua orang wartawan Washington Post yang berusaha menguak terjadinya konspirasi di dalam kasus watergate.

Download gratis filmnya:

http://www.indowebster.com/All_the_Presidents_Men.html

Download gratis subtitelnya:

http://www.indowebster.com/All_the_P…ts_Men__1.html